Pesona Kerbau Rawa Pampangan menjadi objek wisata serta Kuliner
OKI_AliansiNews.id.
Dari kondisi geografisnya tersebut, ada sebuah kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir yang sedang mencari makan di tengah rawa Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin terdapat habitat kerbau rawa endemik Asia Tenggara. Sejauh mata memandang, terbentang rawa yang menjadi tempat berkembangbiaknya kerbau endemik tersebut.
Kebakaran hutan dan lahan serta pembukaan perkebunan sawit memberikan ancaman bagi penyusutan populasi kerbau rawa pampangan, plasma nuftah khas Sumatra Selatan.
Ada satu fauna endemik di Sumatra Selatan yaitu kerbau rawa (swamp buffalo), satu dari dua golongan besar kerbau yang ada di dunia, selain kerbau sungai (river buffalo). Kerbau rawa di Sumsel ini telah diakui pemerintah sebagai sumber daya genetik (SDG) ternak lokal Indonesia.
Hewan bernama ilmiah Bubalus bubalis ini sesuai ciri khasnya gemar berenang dan menyelam di kawasan rawa gambut yang terdapat di Bumi Sriwijaya. Kerbau yang hobi bermain lumpur itu mudah dijumpai di Kecamatan Pedamaran, Jawi, Pangkalan Lampam, dan Pampangan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Populasinya juga bisa ditemui di Kecamatan Tanjung Senai (Kabupaten Ogan Ilir) dan Kecamatan Rambutan (Kabupaten Banyuasin).
Daerah-daerah di atas merupakan lumbung gambut Sumsel dengan luas total sebesar 1,2 juta hektare.Kendati dapat ditemui di banyak tempat di Sumsel, hewan berkaki empat itu dikenal juga dengan sebutan kerbau rawa pampangan. Hal itu karena asal usulnya memang bermula dari daerah itu.
Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 694/Kpts/PD.410/2/2013 tentang Penetapan Rumpun Kerbau Pampangan disebutkan bahwa plasma nuftah itu merupakan rumpun kerbau lokal asli Indonesia. Kerbau pampangan merupakan persilangan antara induk kerbau asal India dengan kerbau lokal pada awal abad 19.
Untuk memperkuatnya sebagai rumpun asli Indonesia, Badan Standardisasi Indonesia pada April 2016 menerbitkan standar nasional Indonesia (SNI) nomor 8292.2 tahun 2016 soal bibit unggul kerbau pampangan yang dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal itu mengacu kepada konsensus yang dilakukan di Bogor, Jawa Barat, 27 November 2015, dan jajak pendapat yang diadakan 28 Januari--28 Maret 2016.