Peristiwa horor yang menimpa bocah di Sukabumi, Bupati: Itu salah kita
Bupati Sukabumi Marwan Hamami buka suara terkait peristiwa horor kasus pelajar SMP berinisial S (14) menyodomi dan menghabisi nyawa bocah inisial MA (6) di Kecamatan Kadudampit.
Dia mengakui, peristiwa yang terjadi itu merupakan kesalahan kolektif seluruh pihak. Menurutnya, faktor ekonomi keluarga menjadi penyebab utama kurangnya pengawasan terhadap anak.
"Ya itu kesalahan kita bersama ya, faktor ekonomi sangat dominan ketika ibu bapaknya bekerja di luar dan anak tidak terkontrol misalnya, ini menjadi sorotan yang luar biasa semua masyarakat," kata Marwan.
Dia mengatakan, pemerintah memiliki keterbatasan dalam mengontrol perilaku masyarakat. Oleh sebab itu, kata dia, penanganan kasus seperti ini harus melibatkan berbagai pihak.
"Fungsi sosial ini tidak bisa berpikir hanya satu arah, tidak linier tetapi harus seluruh persoalan dari mulai guru ngaji dan guru sekolah. Hari ini saya menekankan sesuai dengan Rasul mengatakan kepada Ali, didik anak kita sesuai zamannya," ujarnya.
"Zaman ini zaman teknologi, mengakses begitu mudah, makannya kunaon budak letik memerkosa da budak letik ningali tayangan (kenapa anak memerkosa anak karena melihat tayangan). Makannya tadi bagaimana Tiktok, Instagram dibatasi karena pengaruhnya sangat luar biasa," tutupnya.
Sementara itu, Kementerian Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (KemenPPPA) RI turun tangan mengawal kasus tersebut untuk memastika proses hukum tetap berjalan sesuai aturan yang berlaku.
"Kami hadir di sini untuk memastikan beberapa kasus. Contoh kasus yang baru saja terjadi di mana anak melakukan perbuatan yang masuk kategori pencabulan terhadap anak dan mengakibatkan korban meninggal," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA, Nahar di Sukabumi, Kamis (9/5/2024).
Dia mengatakan, penanganan perkara tersebut tidak hanya sampai pada proses hukum. Pihaknya bertanggungjawab untuk mencegah kejadian serupa.