Daftar Negara yang Bergantung pada SDA Indonesia, Ada China dan AS
Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Indonesia ternyata selama ini dibutuhkan oleh banyak negara di dunia. Bahkan ada beberapa negara yang bergantung pada SDA Indonesia, banyak pula dari negara tersebut yang dikenal sebagai negara adidaya.
Hal tersebut juga diungkap oleh Presiden Jokowi. Ia mengatakan bahwa banyak pemimpin negara yang melakukan panggilan telepon kepadanya saat menghentikan ekspor batubara dan CPO.
“Sebetulnya ini sudah beberapa kali saya cek, siapa sih yang tergantung kepada kita, ternyata banyak sekali. Begitu batu bara kita setop dua minggu saja, yang telepon ke saya banyak sekali kepala negara, perdana menteri, presiden. Oh ini tergantung, tergantung, tergantung, tergantung, tergantung, kok banyak sekali? Saya kaget juga,” ujar Presiden, Senin 5 Desember.
Negara yang Bergantung pada SDA Indonesia
Indonesia memang selama ini jadi negara yang memiliki berbagai SDA melimpah mulai dari emas, batubara, nikel, CPO, dan sebagainya. Hal itu kemudian membuat sejumlah negara merasa ketergantungan dengan Indonesia. Beberapa negara yang bergantung dengan RI adalah sebagai berikut.
China
Tahukah Anda bahwa China adalah negara yang konsumen batubara terbesar di dunia? Data dari Trade Map menunjukkan bahwa pada tahun 2021 ketergantungan negara tersebut terhadap produk batubara Indonesia mencapai 22,7 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp349,80 triliun.
Tak hanya batubara, China juga membutuhkan bijih besi Indonesia dengan nilai mencapai Rp201,70 triliun, CPO senilai Rp103,16 Triliun, tembaga Rp149,63 miliar, dan produk nikel mencapai Rp3,69 triliun.
Amerika Serikat
Selain China, Amerika Serikat juga jadi negara yang bergantung dengan SDA dari Indonesia. Amerika tercatat melakukan impor dari Indonesia berupa produk karet yang menurut data Trade Map 2021 nilainya mencapai 2,4 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp36,88 triliun.
Selain karet, Amerika juga membutuhkan CPO dari Indonesia yang pada tahun 2021 nilainya mencapai mencapai 2,1 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp32,27 triliun.