Memburu Jelawat di Jantung BPBAT (Bagian 3)

 
Jumat, 15 Okt 2021  23:33

PASCA rombongan Bupati dan Kadis Rifri bertolak dari BPBAT SG, delapan pemuda utusan Kabupaten Mesuji segera menerima materi terkait pola budidaya Ikan Jelawat. Ada beberapa hal yang menjadi fokus pembahasan dan kesemua berlangsung secara runut mulai dari seleksi indukan, penampungan, penyuntikan, stripping, pembuahan, pemeliharaan, pengamatan perkembangan larva hingga menjadi menjadi benih.

"Dan diperlukan ketepatan waktu untuk semua proses dari seleksi induk hingga menjadi benih," kata Perekayasaan Muda BPBAT SG, Ena Sutisna.

Terkait pembesaran, Ena Sutisna mengatakan hal pertama yang harus terus diperhatikan adalah kondisi air.

"PH air harus dipertahankan pada angka 7,5 sampai 8 terutama saat ikan masih kecil," kata Ena.

Jika kondisi PH di bawah itu, Ena mengatakan di dalam kolam akan terjadi asam kapur tinggi yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan.

"Jelawat kecil itu rentan sekali," tambah dia.

Untuk meningkatkan PH, Pengawas Perikanan Tingkat Ahli BPBAT SG, Suratno menyarankan penggunaan kapur Tohor atau dolomit list biru dengan komposisi 30 gram per ton air.

Sedangkan tentang pemindahan larva jelawat ke kolam non tanah (terpal atau semen) dengan penggunaan air sumur bor, Suratno menyampaikan informasi cukup membantu:

"Pertama, pastikan saturasi ikan maks 30 sebab kondisi itu akan berdampak langsung terhadap daya ikat oksigen," kata dia. "Selebihnya, jangan membasmi rumput dengan pestisida karena akan merusak ekosistem dan perakaran. Di dalam tanah sesungguhnya alam sudah menyediakan ekosistem kestabilan sendiri yang salah satunya melalui akar rerumputan," papar Suratno.

Berita Terkait