Memburu Jelawat di Jantung BPBAT (Bagian 2)
ESOKNYA, matahari belum terlalu terik ketika kami mulai bergerak menuju BPBAT Sungai Gelam. Saya dan Kadis Ripri mulai mengaktifkan Google Map untuk memandu menuju lokasi dan kami meluncur agak terpisah dengan rombongan Bupati Saply yang sudah bergerak lebih dulu.
Berbelok dari bundaran Tugu Keris Singinjai, kami sempat kebingungan ketika google map di tangan Kadis Rifri dan saya menyuguhkan informasi berbeda; saya diarahkan ke kiri sedang Kadis Rifri dianjurkan berbelok ke kanan hingga Ivan yang sedang mengendalikan stir kontan kebingungan.
"Jadi mana yang bener?" Ivan menggaruk kepala. "Kanan apa Kiri?"
"Saya juga pening!" saya menyela. "Informasi Google saling bertentangan..."
"Iya" Kadis Rifri ikut menyahut.
"Kalau begitu kita putar balik saja!" Ivan yang bingungnya sudah seperti jamaah Jum'atan kehilangan sandal akhirnya mengambil sikap bahkan sebelum kami menyepakatinya.
Saat mobil mulai berputar, saya mencoba kembali memusatkan peta sambil bergumam: "Kayak Belanda nyari Si Pitung: Kanan, kiri, kanan kiri!" Untungnya setelah itu alur google map akhirnya benar-benar fokus sehingga kami tak lagi berdebat.
Lagu Indonesia Raya di Auditorium
Sekira pukul sepuluh pagi kami akhirnya tiba di BPBAT Sungai Gelam begitu pula dengan rombongan Bupati Saply. Sub Koordinator Tata Usaha BPBAT, Ma'in dan Sub Koordinator Pengujian dan Dukungan Teknis, Wahyu Budi Wibowo segera mengarahkan menuju auditorium setelah sempat singgah sejenak ke kantor BPBAT SG. Tak lama sesudah itu, suara pengumuman bagi para tenaga teknis BPBAT agar mengikuti kegiatan pembukaan terdengar bergaung di seantero lokasi.