Heboh di Publik Oknum Wartawan Bodrek dan LSM di Grobogan Kena OTT Tuai Sorotan, Para Tokoh Aktifis Senior Soloraya Bergeliat
SOLORAYA - Rasanya kembali marak oknum dari lembaga sampai wartawan bodrex akhir-akhir ini diduga berkeliaran mencari mangsa. Kejadian dibelahan sisi utara perbatasan Kabupaten Sragen itu menuai geliat berbagai aktifis senior lembaga maupun media di eks Soloraya.
Berbagai media online heboh mencuat adanya berita ulah oknum wartawan bodrek dan LSM melakukan pemerasan hingga berujung terjaring OTT pihak APH.
Tidak menutup kemungkinan, dibelahan wilayah Jawa Tengah ini masih banyak oknum mengaku baik wartawan, LSM sampai Lembaga yang katanya berbasic hukum tapi pada dasarnya banyak fiktif dan intrik. Semua bisa ditelusuri dari jejak rekam sampai sejauh mana standarisasi, SDM serta sepak terjang kepiawaiannya. Hal ini kurang adanya pengawasan pihak APH disetiap daerah atau wilayah sehingga budidaya oknum berbasic wartawan, LSM, Lembaga bantuan hukum menjamur dimana-mana.
Kembali pada laptop, sebutan wartawan bodrex bukan bermakna wartawan yang kemana-mana bawa obat bodrex itu. Akan tetapi sebutan itu sebenarnya kosakata istilah yang disematkan untuk mereka para oknum yang mengaku sebagai "Wartawan" ataupun "Pers" tetapi sebenarnya hanya sebatas wartawan gadungan alias abal-abal yang tujuannya hanya untuk mencari keuntungan pribadi saja.
Menyorot hal ini, Ketua LAPAAN RI BRM Kusumo Putro ikut memberikan komentarnya diruang publik, bahwasanya oknum wartawan bodrek itu pada dasarnya biasa juga disebut dengan Wartawan Tanpa Surat Kabar baik Media Cetak maupun Online, karena beberapa dari mereka memang bukan seorang wartawan asli yang berafiliasi dalam sebuah Lembaga maupun Perusahaan Pers berlegalitas jelas. Sehingga berita yang mereka buat hanyalah fiktif dan tidak pernah tayang secara kongkrit, serta pada legalitas badan hukum sebenarnya kalau ditelusuri belum tentu lengkap keabsahannya.
"Ada yang konyol, sebagian dari mereka yang mengaku oknum wartawan memiliki surat kabar kemediaan yang sebenarnya dibuat sendiri, dicetak sendiri dan memaksakan orang untuk membelinya. Ciri khas oknum Wartawan Bodrex ini biasanya mencari mangsa dengan mengunjungi setiap institusi berdalih dengan melakukan wawancara. Namun mereka mencari-cari setiap kesalahan yang ada di Instansi tersebut untuk dijadikan ancaman untuk meraup keuntungan. Biasanya mereka kerap kali mengunjungi instansi seperti Sekolah dan Kantor Desa untuk mengungkit-ungkit data keuangan Dana BOS ataupun Dana Desa," urai Kusumo.
Sosok pria yang terkenal supel dan sederhana ini juga membeberkan, oknum baik LSM sampai wartawan bodrek identik datang tak diundang, tapi pulangnya minta uang jajan. Inilah kebiasaan wartawan bodrex yang kerap meresahkan dan menjadikan nama baik wartawan yang asli menjadi tercoreng.
"Nah, mereka ini biasanya selalu menjadikan ancaman kesalahan untuk ditukar dengan uang sebagai pemulus. Kalau kesalahannya tidak ingin diberitakan, maka harus bayar pada mereka. Sedangkan jika tidak mau memberinya uang, maka ancamannya tentu akan diberitakan di media mereka," terangnya.
Menyikapi keadaan saat ini, seringkali orang umum tertipu oleh kelakuan sebagian oknum wartawan gadungan semacam ini. Mereka biasanya kerap membawa bukti Id-Card serta Surat Tugas dalam menjalankan aksinya. Fungsinya sudah jelas, tentunya agar para korbannya merasa percaya bahwa mereka adalah benar-benar wartawan.