Alun-alun Hadimulyo, Air Beriak Tanda Berenang
MESUJI. Siang itu, saat Kades Karyanto tiba, kondisi di pusat nongkrong Alun-alun Desa Hadimulyo Kecamatan Wayserdang tidak terlalu padat. Sinar matahari yang redup mengumpulkan satu titik kesejukan sedangkan mendung penanda hujan yang tiba setelahnya, mulai bergerak agak cepat ke arah Utara. Beberapa stand pedagang di dua sisi pagar juga masih terlihat tertutup rapat begitupun halnya beberapa titik bangku taman di antara bunga-bunga penuh warna. Semua relatif sunyi dan sama sekali tak menampakan sebuah aktivitas kecuali hanya satu dua.
"Kondisi ramai hanya kalau hari Minggu," kata Karyanto dengan tatapan sesekali menengok ke arah kolam renang di hadapannya yang saya belakangi. Dia adalah Kepala Desa Hadimulyo yang kembali terpilih untuk yang ketiga kali dan siang itu ia baru saja tiba dari sebuah perjalanan saat kami akhirnya bertemu secara tak sengaja.
Keberadaan saya di alun-alun ini dalam rangka memenuhi undangan kru sebuah tv streaming untuk satu program dialog yang dikemas melalui podcast bersama anggota DPRD Daerah Pemilihan (Dapil) Wayserdang Mat Nur AS. Setelah podcast selesai dan melihat Karyanto belum juga beranjak, saya kemudian mendekat dan mengajaknya bergeser agak ke sudut untuk memulai sebuah obrolan yang memang sudah sejak lama saya nantikan.
Karyanto mengatakan, alun-alun yang keberadaannya tepat berseberangan dengan balai desa ini sudah dibangun sejak 2017 dan mulai buka setahun kemudian. Mulanya hanya berupa taman dengan beberapa tempat duduk dari coran yang selalu padat dikunjungi warga bila senja tiba. Untuk meramaikan, pihak desa melalui BUMDes kemudian membuka stand bagi para pelaku usaha UMKM terutama kuliner dan cukup mendapat sambutan.
"Kita utamakan pelaku UMKM dari dalam desa dengan ketentuan salar sebesar Rp. 30 per Minggu," jelas Karyanto. "Tempat dagangnya juga kita siapkan begitu juga dengan KWh penerangan malam. Uang salar itu, salah satunya, kita gunakan untuk pembelian pulsa listriknya setiap bulan."
Untuk meramaikan, masih melalui BUMDes, pihak desa kemudian membeli satu paket kereta mainan yang dirakit dan selalu akan diturunkan pada setiap malam Minggu.
"Kereta itu kita beri rute mengelilingi lapangan dan setiap penumpang --setelah membeli tiket-- akan menaikinya sebanyak satu putaran," urai Karyanto.
Lapangan yang ia maksudkan itu, tempatnya memang berada tepat berada di sisi Selatan alun-alun dengan posisi menjadi satu dan saling bergandengan. Namun meski demikian, Karyanto juga mengakui kalau nasib kereta mainan itu tidaklah sebaik kolam renang yang sampai saat ini masih tetap didatangi pengunjung. Pandemi Covid-19 mengubah segalanya hingga para pengunjung alun-alun itu turun sangat drastis.
"Kondisi itu terjadi tepat pada saat keberadaan kereta yang juga mulai mangalami kerusakan," ucap Karyanto.