Gibran hadir di dua sesi utama KTT G20, Indonesia tekankan pentingnya transformasi digital
Pemerintah Indonesia menyinggung sejumlah isu yang berkaitan dengan ekonomi dalam perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang digelar di Afrika Selatan pada pekan ini. Sejumlah isu yang disinggung di antaranya mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence dalam kegiatan perekonomian, serta makan bergizi untuk masyarakat.
Delegasi Indonesia menekankan pentingnya transformasi digital, penguatan ketahanan pangan, serta peningkatan tata kelola global.
Wapres Gibran menghadiri dua sesi utama yang membahas isu-isu strategis bagi pembangunan global. Pada sesi pertama, topik yang diangkat berfokus pada ekonomi inklusif dan berkelanjutan serta pembiayaan pembangunan.
Sementara itu, sesi kedua mengulas isu pengurangan risiko bencana, perubahan iklim, transisi energi, dan sistem pangan. Kedua tema ini menjadi landasan bagi Indonesia untuk menegaskan komitmen terhadap pembangunan yang adil dan berorientasi masa depan.
"Topik yang dibahas terkait ekonomi inklusif berkelanjutan serta pembiayaan pembangunan, dan mengenai pengurangan resiko bencana, perubahan iklim, transisi energi, sistem pangan," ungkap Airlangga dalam konferensi pers di Afrika Selatan, Sabtu (22/11/2025).
Delegasi Indonesia awalnya menekankanpertumbuhan ekonomi global harus kuat, adil, dan inklusif, dengan dukungan sistem pembiayaan internasional yang mudah diakses, dapat diprediksi, dan setara, terutama bagi negara-negara berkembang.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Indonesia menyoroti berbagai opsi kebijakan, mulai dari penghapusan utang hingga pemanfaatan mekanisme pembiayaan inovatif, pembiayaan campuran (blended finance), dan percepatan transisi hijau.
Kemudian, dalam konteks inovasi digital, Indonesia juga memaparkan contoh konkret dari solusi berbiaya rendah yang telah berhasil diterapkan di Tanah Air, yakni penggunaan QR sebagai sarana pembayaran digital.
Teknologi ini tidak hanya diadopsi di Indonesia, tetapi juga telah diterima secara luas di kawasan ASEAN, bahkan hingga Jepang dan Korea. Keberhasilan ini menunjukkan solusi digital sederhana dapat memberikan dampak besar dalam memperkuat ekonomi inklusif.