Gencatan Senjata, Ribuan Warga Palestina Kembali ke Gaza, Pasukan Israel Mulai Mundur

Foto: Ilustrasi.
Sabtu, 11 Okt 2025  00:01

Ribuan warga Palestina yang mengungsi kembali ke rumah mereka di Gaza setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai pada Jumat (10/10/2025). Pasukan Israel terpantau mulai menarik diri dari beberapa wilayah Gaza sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.

Warga Gaza yang mengungsi bergerak ke utara menuju Kota Gaza, kota terbesar di daerah kantong tersebut yang baru saja mengalami serangan besar dari militer Israel.

"Alhamdulillah rumah saya masih berdiri. Tapi tempat ini hancur, rumah tetangga saya hancur, seluruh distrik telah hilang," kata Ismail Zayda, 40 tahun, warga daerah Sheikh Radwan di Kota Gaza, sebagaimana dilansir Reuters.

Militer Israel mengonfirmasi gencatan senjata mulai aktif pada siang hari waktu lokal setelah pemerintah Israel meratifikasi perjanjian dengan Hamas. Kesepakatan ini membuka jalan bagi penarikan sebagian pasukan serta penghentian permusuhan dalam 24 jam. Sandera Israel yang ditahan di Gaza dijadwalkan akan dibebaskan dalam 72 jam sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina di Israel.

Inisiatif ini mengharuskan pasukan Israel mundur dari beberapa wilayah utama Gaza, meskipun masih menguasai sekitar setengah kawasan kantong tersebut. Bantuan kemanusiaan berupa makanan dan obat-obatan mulai dialirkan ke Gaza untuk membantu warga sipil yang sebagian besar tinggal di tenda-tenda setelah rumah mereka hancur.

Di Khan Younis dan kamp Nusseirat, pasukan Israel mundur dari beberapa posisi, meski suara tembakan masih terdengar. Banyak warga menunggu harapan bisa kembali ke pusat Kota Gaza, meski harus menghadapi reruntuhan.

Perang ini memperdalam isolasi internasional Israel dan memperluas konflik ke wilayah regional seperti Iran, Yaman, dan Lebanon. Hubungan Amerika Serikat dan Israel diuji, dengan Presiden Trump memberi tekanan kepada Perdana Menteri Netanyahu untuk mencapai kesepakatan.

Warga Israel dan Palestina merayakan kesepakatan gencatan senjata ini, langkah terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghentikan perang dua tahun yang menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan membuka peluang pembebasan sandera terakhir Hamas.

Kepala Hamas di Gaza, Khalil Al-Hayya, menyatakan pihaknya mendapat jaminan dari Amerika Serikat dan mediator lain bahwa perang telah berakhir. Sekitar 20 sandera Israel masih hidup, 26 tewas, dan dua nasibnya belum diketahui. Pembebasan jenazah kemungkinan memerlukan waktu lebih lama.

Berita Terkait