Kisah Marsma Fajar Adriyanto Cegat dan Usir Pesawat Tempur AS
3 Juli 2003, lima pesawat tempur F-18 Hornet milik Amerika Serikat (AS) Melintas di Laut Jawa. Tepatnya di atas Pulau Bawean. Gerak gerik pesawat AS itu dilaporkan pilot Bouraq kepada petugas Air Traffic Control (ATC) di Surabaya dan Jakarta.
Pesawat AS tersebut seenaknya terbang di atas lalu lintas penerbangan sipil Indonesia. Dikhawatirkan, mengganggu aktivitas penerbangan komersil.
Dikutip dari buku Lintas Navigasi Di Nusantara Indonesia, karya Kresno Buntoro, Minggu (3/08/2025).
ATC langsung mencoba komunikasi dengan lima pesawat tempur AS. Sayang, seluruh upaya yang dilakukan tidak berhasil. Komunikasi tidak terhubung.
Petugas ATC pun melabeli pesawat militer AS tersebut merupakan penerbangan gelap yang berpotensi mengganggu kedaulatan wilayah negara.
Ditambah lagi, lima pesawat gelap itu melakukan manuver aneh. Membahayakan dan berlangsung sampai dua jam lebih.
Alhasil TNI AU langsung bergerak cepat. Mengirimkan F-16 dari Skadron 3 untuk mencegat pesawat tempur gelap tersebut. Salah satu pilotnya bernama Fajar Adrianto. Pilot yang tewas usai kecelakaan pesawat di Ciampea, Bogor, Minggu (3/08/2025).
Dalam operasi pencegatan tersebut, Fajar Adriyanto melaporkan bahwa Hornet F-18 dalam posisi menyerang. Rudalnya telah mengunci. Beruntung, komunikasi berhasil dilakukan.
Saat berkomunikasi, Fajar Adrianto dan tim mengatakan, bahwa pihaknya tengah melakukan patroli dan identifikasi. Tak mau mengalah, Hornet Amerika merasa dia tengah terbang di wilayah internasional. Fajar Adrianto Cs diminta segera menjauh.