Gagal Panen Mengintai Mesuji (Bagian 2)

 
Jumat, 13 Ags 2021  00:14

MESUJI. Matahari sudah berada di posisi 45 derajat ke arah Barat ketika Hartopo dan Pak Ngadiman juga para pengurus Gapoktan Sidang Iso Mukti memutuskan untuk meninggalkan hamparan sawah.

“Saya  dengan Sarianto,” kata Hartopo dan yang ia maksud adalah Ketua Gapoktan Desa Sidang Kurnia Agung yang menyusul ke lokasi beberapa saat ketika areal persawahan mulai disisir.

Ngadiman kemudian mengiyakan lalu mengikuti dari belakang dan rombongan itu segera menyusuri aliran kanal. Ngadiiman tak banyak berkomentar kecuali terus memperhatikan kondisi air dalam aliran kanal yang jernih yang membuat ia harus berpikir serius bahkan setelah berpamitan. Ia menolak saat Hartopo menawarkan diri untuk membawa mobil begitu pula ketika saya melakukannya.

“Nanti saja pas arah pulang,” kata Ngadiman dengan kepala sesekali mengangguk akibat  beberapa titik jalan yang sesak dipenuhi lubang.

“Langsung ke Way Puji,” Hartopo menyela. “Heri Sepgianto dan Rosid sudah menunggu.”

Ngadiman lalu mempercapat laju mobil yang kali ini bergerak ke Utara. Setiba di Desa Sidang Sido Rahayu, perjalanan  berbelok ke arah  Barat dan dilanjutkan dengan  menyeberangi kanal utama Desa Kurnia agung.

Hartopo sempat menelpon Heri Sepgianto setiba di sebuah pertigaan sisi gedung Sekolah Dasar (SD) dan dia melakukannya setelah sempat berkomunikasi dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum (PU) terkait kondisi jalan Desa Way puji menuju Sidang Kurnia Agung yang membuat mobil kami tersangkut selama beberapa puluh menit sebelum akhirnya kembali bergerak setelah Ngadiman melakukan manuver.

Melalui sambungan telpon, Heri Sepgianto mengatakan rumahnya tepat berada di belakang SD dan tanpa ragu-ragu, Pak Ngadiman bergegas membanting stir ke kiri.

Seolah sedang menyambut tamu penting, isteri Heri benar-benar mengeluarkan suguhan yang memenuhi meja saat kami tiba dan saya pun segera beradu tangan dengan Hartopo saat hendak menjangkau  buah naga, salah satu suguhan itu.

Berita Terkait